BANYUMAS, Faktajurnal.com - UIN SAIZU Purwokerto melalui pusat kajian moderasi beragama dan pancasila UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto, menggelar kegiatan Workshop penguatan wawasan moderasi beragama dan kebangsaan untuk mahasiswa santri (mahasantri), bertempat di Hall perpustakaan UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Senin (11/9/2023).
Kepala Pusat Kajian Moderasi Beragama dan Pancasila UIN SAIZU Purwokerto Turhamun, S.Sos.I., M.S.I, kepada awak media di lokasi menyampaikan, terima kasih kepada semua yang hadir, kepada Rektor Universitas Islam Negeri Prof KH. Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU) Purwokerto beserta jajarannya, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat), dan Pemateri Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah tahun 2017 sampai dengan sekarang, Dewan Pengawas RSUD Adhyatma Tugurejo Provinsi Jawa Tengah, 2019-2024, Pimpinan BAZNAS Provinsi Jawa Tengah 2022 - 2027, para mahasiswa santri dan undangan.
"Mahasiswa santri UIN SAIZU Purwokerto, harus menjadi leader dalam pengamalan wawasan moderasi beragama dan kebangsaan di kehidupan sehari-hari di manapun berada"ungkap Turhamun.
Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah tahun 2017 sampai dengan sekarang H. Sholahuddin Aly, SH., CRP., sebagai pemateri tunggal, menyampaikan pentingnya pemahaman moderasi beragama bagi kalangan mahasiswa santri sebagai penguatan pilar kebangsaan harus terus disampaikan untuk semakin kokoh diantara banyaknya warna yang berbeda dalam kehidupan kemasyarakatan. Agar harmonisasi dalam kehidupan di masyarakat tetap terjalin erat, sehingga mampu menangkal berbagai ancaman dengan menjadikan isu-isu agama, sebagai pintu masuk yang dapat memperlemah silaturahim kebangsaan.
"Moderasi Beragama sudah dikenal bangsa kita sejak lama, bahkan kemerdekaan bangsa ini tidak terlepas dari semangat moderasi beragama, sehingga mampu menghantarkan negeri ini terbebas dari belenggu penjajahan"jelasnya.
Selanjutnya, H. Sholahuddin menjelaskan, bahwa moderasi beragama yang sudah terbangun semakin baik ini harus dijaga dan dirawat serta dipupuk, sehingga potensi yang menganggu kebhinekaan dan keberagaman bangsa ini tetap terjaga dengan baik saling menghormati juga guyub rukun dalam kehidupan.
"Toleransi yang menghargai perbedaan, adalah kunci kekuatan bangsa ini untuk bergerak lebih dinamis, dan kita bersyukur bahwa perbedaan itu sunatullah bahwa kita hidup di bumi Pancasila yang multikultural harus kita jaga keutuhannya dari berbagai ancaman yang bisa merusak tatanan kehidupan kebangsaan kita yang semakin baik ini" tandasnya.
Lebih lanjut H. Sholahuddin, menambahkan pengertian moderasi beragama atau moderat dalam beragama merupakan konsepsi yang lahir atas keprihatinan para pemeluk agama terhadap berbagai aksi terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan atau menggunakan dasar ajaran agama.
"Faktor pemicu munculnya aksi kekerasan atas nama agama antara lain karena memiliki tafsir atau pemahaman keagamaan yang tidak utuh, eksklusif, dan merasa paling benar. Oleh karenanya segala yang berbeda dengannya dianggap sebagai penyelewengan (bid’ah), kesesatan, bahkan menjadi musuh atas keyakinannya" imbuhnya.
Sebelumnya, Rektor UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto Prof. Dr. KH. Mohammad Roqib, M.Ag, dalam sambutannya pada saat membuka workshop, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini, dan terima kasih kepada H. Sholahuddin Aly, SH., CRP., selaku pemateri, ketua LPPM, kepala pusat kajian moderasi beragama dan Pancasila UIN SAIZU Purwokerto, dan kembali mengingatkan bahwa merawat Kebhinekaan merupakan kewajiban seluruh umat yang hidup di bumi Indonesia yang heterogen.
"Pentingnya moderasi beragama di era milenial, karena yang sama pun tetap berbeda, bahasa yang di ulangi di waktu yang berbeda memiliki makna yang berbeda, dan mengutip pernyataan Gus Dur, semakin berbeda manusia, maka semakin bisa di satukan" ujar KH. Mohammad Roqib.
Dikesempatan itu, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) UIN SAIZU Purwokerto Prof. Dr. H. Ansori, M. Ag, menyampaikan terima kasih kepada panitia, pemateri, peserta dan undangan yang hadir.
"Mari kita bersama-sama merawat persatuan dan persaudaraan Kebangsaan, sebab kita diikat dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sehingga apapun warna dan pilihan yang berbeda itu merupakan anugerah Allah SWT bagi bangsa Indonesia, apalagi keluarga besar UIN mempunyai tanggungjawab, dan wajib bagi mahasiswa santri UIN apalagi alumni UIN SAIZU Purwokerto" terang H. Ansori.
Salah satu peserta workshop Budi, ditemui awak media disela-sela acara, menyampaikan rasa syukur Alhamdulillah bisa hadir di lokasi dan mendapatkan tambahan wawasan bahwa moderasi beragama mengajarkan kita untuk menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan atas nama agama. Kita harus memahami bahwa agama adalah sarana untuk mencapai kedamaian dan kasih sayang, bukan alasan untuk melakukan kekerasan atau diskriminasi. Pemerintah dan masyarakat perlu bersama-sama melawan radikalisme dan intoleransi yang meresahkan kehidupan bermasyarakat.
"Upaya menghindari kekerasan atas nama agama, moderasi beragama mengedepankan dialog dan komunikasi yang efektif antara berbagai kelompok masyarakat. Melalui interaksi yang sehat dan konstruktif, kita dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman agama dan keyakinan, serta mengatasi kesalahpahaman yang sering kali menjadi akar permasalahan. Dialog antar umat beragama juga menjadi sarana untuk menemukan solusi terhadap konflik yang mungkin timbul karena perbedaan agama" tuturnya.
Salah satu contoh penerapan moderasi beragama dalam indikator anti kekerasan adalah kerja sama antara pemerintah, aparat keamanan, tokoh agama, dan masyarakat dalam mengatasi potensi konflik antar umat beragama.
"Melalui pendekatan preventif dan persuasif, pihak-pihak terkait dapat menangani isu-isu sensitif dengan bijaksana dan mengedepankan kepentingan bersama. Hal ini membantu mencegah tindakan kekerasan yang mungkin terjadi akibat ketegangan antar umat beragama"pungkasnya. (Djarmanto-YF2DOI - Sae).